Laman

Sabtu, 29 Oktober 2011

Kenapa Aku Harus Kaya

Saya tidak menemukan alasan untuk tidak menjadi kaya. Menjadi sombong, takabur, tamak, serakah, lupa diri, lupa agama, dan sederet title jelek lain yang identik dengan orang-orang kaya menurut saya juga bisa melekat pada orang miskin atau pun setengah miskin. Sering saya jumpai orang yang tidak kaya tapi sombong. Banyak saya kenal orang yang bukan pengusaha sukses tapi lupa diri dan lupa agama. Tidak sedikit saya tahu orang yang tidak kaya tapi serakah. Sebaliknya, banyak di negeri ini para pengusaha sukses yang juga dermawan. Menyumbangkan ratusan miliar bagi para korban bencana. Memberikan ribuan lapangan kerja baru. Jujur, saya tidak bisa memungkiri bahwa tidak sedikit orang kaya di negeri ini malah menyengsarakan rakyatnya, menggerogoti bangsa sendiri. Tapi tidak sedikit juga orang miskin yang melakukannya. Terus, apa bedanya jadi kaya atau miskin?

Akhlak mulia itu tidak ada kaitannya dengan kekayaan. Orang miskin bisa berakhlak mulia demikian halnya dengan orang kaya. Siapa yang tidak kenal Abdurrahman bin Auf, salah satu diantara 10 sahabat Nabi SAW yang dijamin masuk surga. Beliau adalah salah satu pengusaha terkaya di zamannya. Pengusaha paling sukses di zamannya. Ternyata beliau berakhlak sangat mulia. Sedekahnya tidak tanggung-tanggung sekali sedekah mencapai 4000 dinar. Anda tahu berapa 1 dinar? 1 dinar = 4.25 gram emas 22 karat atau setara dengan Rp 1.500.000 jika dirupiahkan dengan rate emas saat ini. Padahal beliau dalam setahun tidak hanya sedekah sekali dua kali tapi bisa berkali-kali. Luar biasa! Negeri ini punya Aa’ Gym yang ustadz sekaligus pengusaha sukses. Omset beliau per bulan tidak kurang dari 2 milyar. Tapi beliau tetap hidup sederhana dan sangat santun. Beliau juga mendirikan ponpes Daarut Tauhid yang telah mencetak ribun santri sekaligus entrepreneur-entrepreneur baru.
Sekali lagi saya tidak menemukan alasan untuk tidak menjadi kaya. Apalagi dalam kondisi bangsa saat -ini. Harus banyak entrepreneur-entrepreneur muda yang dilahirkan. Tidak harus sarjana, artinya semua orang dengan segala background pendidikan berhak dan bisa menjadi pengusaha sukses. Ok, berikut adalah 4 alasan kenapa saya harus kaya.
1. Saya ingin bersedekah lebih banyak lagi, salah satunya dengan memberikan lapangan kerja baru. Ada sebuah efek domino ketika kita menjadi kaya. Harta yang berlimpah otomatis diimbangi dengan zakat dan infaq yang lebih. Belum lagi pajak. Semuanya itu untuk kemaslahatan orang banyak.
2. Saya ingin meneladani Rasulullah SAW, beliau adalah seorang entrepreneur sejati yang sangat sukses. Bahkan masih segar dalam ingatan kita ketika beliau meminang Khadijah dengan mas kawin 100 ekor onta muda. Saat itu usia beliau baru 25 th. Harga onta sekitar 20 jt/ekor. Wow, mas kawin senilai 2 milyar! Masih adakah saat ini pemuda 25 th yang memberikan mas kawin sebesar itu? Saya berdoa akan ada nantinya. Jika kita ingin meneladani beliau jangan tanggung-tanggung. Semua aspek kehidupannya kita tiru termasuk kepiawaian beliau dalam berbisnis. Bahkan beliau mengatakan bahwa 9 di antara 10 pintu rezeki adalah berdagang. Nah, ini Rasulullah sendiri yang merekomendasikan bukan saya atau pihak asuransi lho hehe..
3. Saya ingin menjadi tuan di rumah sendiri, karena sudah terlalu lama ummat islam dan negeri ini dilecehkan oleh bangsa lain. Ternyata faktor utama dalam permasalahan itu adalah ekonomi. Memang benar jika ada yang mengatakan Money is not everything but almost everything needs money. Ingin pinter, sekolah, butuh duit. Ingin sehat, makan sehat, olahraga, ke RS/dokter, juga butuh duit. Ingin aman dari gangguan negeri jiran, militer diperkuat, lagi-lagi butuh duit. Sudah terlalu lama negeri ini bergantung dari bantuan negara lain yang ujung-ujungnya utang dan utang. Padahal potensi SDM dan SDA Indonesia begitu dahsyat. Seharusnya negara lain yang bergantung pada kita. Seharusnya kita jadi tuan di rumah sendiri dan mengambil alih kekuasaan asing. Cobalah untuk tidak bercita-cita menjadi pegawai bahkan manager sekalipun. Karena manager juga bawahan yang diperintah oleh general manager, general manager juga masih bawahan dari vice president, vice president juga masih diperintah lagi oleh managing director, sekali lagi managing director juga masih kacungnya CEO bahkan tidak sedikit CEO yang masih diperintah oleh pemilik saham mayoritas. Cobalah untuk memiliki impian besar menjadi owner perusahaan raksasa dunia walaupun untuk itu kita harus mau menerima kenyataan pahit dilecehkan dan dihina orang. Memang impian itu hak semua orang tapi nyatanya tidak semua orang berani merumuskan impiannya dengan jelas. Takut dicibir dan direndahkan adalah salah satu faktornya. Toh para tokoh sukses dunia juga awalnya dianggap gila oleh orang-orang di sekitarnya. Tapi mereka tetap berlari, keep moving forward. Bahkan Nicholas Copernicus harus dihukum mati oleh pihak geraja demi membela keyakinan ilmiahnya. Cuek saja kalau ada orang mencibir impian kita, toh mereka tidak membahayakan kita dan mereka juga tidak pernah bertanggung jawab terhadap apa yang kita lakukan. So What?
4. Saya ingin memiliki lebih banyak waktu luang untuk ibadah, keluarga, dan hobi. Banyak orang memiliki freedom of financial tapi mereka malah tidak sempat menyapa anak-anaknya di rumah. Akibatnya anak kurang perhatian yang ujung-ujungnya pergaulan bebas, narkoba, gengster. Banyak yang mengaku sudah freedom of financial tapi ternyata belum freedom of time. Dengan menjadi entrepreneur saya berharap memiliki waktu luang lebih banyak untuk beribadah, bermain dengan anak- istri, dan memuaskan hobi saya. Waktu itu jauh lebih mahal daripada berlian sebesar gunung, dia tidak bisa kembali. Kita baru menyesal ketika tiba-tiba anak-anak kita sudah besar dan segera menikah. Koq rasanya kita tidak pernah di sampingnya membacakan dongeng untuknya tiba-tiba dia sudah diambil orang. Freedom of financial dan freedom of time itu penting.
Empat alasan itulah yang selalu saya camkan dalam-dalam pada impian saya. Kenapa saya harus kaya. Sebenarnya masih banyak alasan-alasan lain yang bisa ditambahkan tapi yang di atas adalah yang paling utama bagi saya. Bahkan saya menulis keempatnya dalam ponsel saya. Sewaktu-waktu lupa, saya bisa melihatnya sehingga saya memiliki alasan yang kuat kenapa saya harus kaya. Jangan anggap remeh menuliskan impian atau target hidup Anda. Karena itu akan berdampak signifikan pada berhasil tidaknya Anda meraihnya. Dan saya yakin Anda pasti juga memiliki alasan kuat kenapa Anda harus kaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment Please....